Budi daya rumput laut memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan di Indonesia. Hal itu mendorong CV Cipta Inovasi Perkasa bersama Pusat Riset Perikanan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan varian teknologi Jaring Alga (JaGa) rumput laut untuk solusi budi daya rumput laut yang lebih baik.
CV Cipta Inovasi Perkasa merupakan salah satu penerima skema Pendanaan Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) Startup Tahun 2024 yang dikelola oleh BRIN.
Komisaris CV Cipta Inovasi Perkasa Muhammad Ridha Jamil menyampaikan, salah satu persoalan serius dalam budi daya rumput laut adalah serangan hama ikan herbivora dan penyu.
“Saat ini, budi daya rumput laut yang dilakukan oleh masyarakat sangat sederhana, hanya menggunakan tali bentangan atau longline semi terbuka. Metode ini memberikan kesempatan bagi ikan dan penyu untuk memakan rumput laut,” kata Ridha dikutip dari laman brin.go.id pada Kamis (29/8/2024).
“Meskipun ikan tidak memakan 100 persen rumput laut, namun akan membuat sebagian rumput laut patah. Hingga akhirnya jatuh ke laut yang membuat produksi menurun,” lanjutnya.
Persoalan lainnya dalam budi daya rumput laut menurut Ridha adalah penempelan tumbuhan pelekat pada thalus rumput laut, sehingga rumput laut terlihat sangat kotor dan terganggu pertumbuhannya.
Teknologi Jaring Alga (JaGa) didesain dari bahan jaring yang mudah untuk digunakan dan lebih murah. JaGa didesain dengan pipa paralon dan jaring sehingga mudah dioperasikan, yaitu dengan hanya mengaitkan sisi atas alat pada tali.
“Dengan menggunakan teknologi JaGa, rumput laut yang patah akan tetap jatuh di dalam jaringnya dan membuat rumput laut dapat recovery untuk tetap tumbuh. Dengan demikian, peluang untuk produksi rumput laut sangat besar, dapat mencapai 300 persen,” bebernya.
“Waktu panen pun lebih cepat, yaitu 20 hari sudah panen dibandingkan dengan alat tradisional yang memakan waktu 40 hingga 45 hari untuk panen. Tentu saja ini akan meningkatkan pendapatan nelayan rumput laut,” imbuhnya.
Menurut Ridha, teknologi JaGa adalah inovasi teknologi budi daya rumput laut yang menjadi salah satu solusi terbaik dalam melindungi budi daya rumput laut dari berbagai serangan hewan laut, serta menjaga rumput laut tetap bersih dari berbagai penempelan tumbuhan pengganggu.
Direktur CV Cipta Inovasi Perkasa Rahmat Fitria menambahkan, teknologi JaGa memiliki empat varian yang dapat digunakan untuk berbagai topografi pantai.
“Varian horinet didesain untuk kawasan yang berarus deras, sedangkan varian vertikal dan basket untuk daerah tenang seperti teluk,” tuturnya.
Rahmat menyampaikan, pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada nelayan rumput laut, khususnya di wilayah Sulawesi Tenggara bekerja sama dengan Dinas Perikanan setempat.
“Kendala kami adalah pemasaran. Kami harus cukup masif memberikan demo ke lapangan, memberikan percontohan agar nelayan mau menggunakan teknologi ini. Nelayan tidak mau menggunakan sebelum melihat keberhasilan teknologi ini digunakan di daerah lain,” jelas Rahmat.
Rahmat berharap, BRIN dapat terus mendukung pihaknya dalam mengembangkan teknologi ini agar dapat digunakan secara luas.
“Kami sebagai perusahaan pemula berharap, BRIN dapat terus mendukung untuk melakukan komersialisasi kepada mitra kami. Semoga pendanaan riset ini dapat berlanjut di tahun kedua. Kerja sama ini pun dapat terus berjalan, agar alat kami dapat terus berkembang dan bisa di gunakan di seluruh indonesia,” harapnya.