Wonogiri - Kabupaten Wonogiri bagian selatan mempunyai masakan khas bernama tetelan karangan. Uniknya kuliner itu dimasak dengan semut rangrang.
Tetalan karangan merupakan kuliner dengan bahan yang berasal dari laut. Wilayah di Wonogiri yang mempunyai kawasan pantai adalah Kecamatan Paranggupito.
Salah satu penjual tetelan karangan adalah Widi, warga Dusun Kajor, Desa Sambiharjo, Kecamatan Paranggupito. Ia mengatakan makanan laut ini sudah ada sejak lama dan digemari masyarakat setempat.
"Karangan itu rumput laut. Karena rumput laut itu berada di sekitar batu karang. Sehingga orang sini menyebutnya karangan," kata dia kepada wartawan, Jumat (8/9).
Menurutnya, cara memasak tetelan karangan tidak ribet alias sederhana. Pertama, karangan direbus dengan asam jawa, semut rangrang, blimbing wuluh, bawang merah, bawang putih, kelapa parut, garam, gula, dan penyedap rasa.
Saat direbus rumput laut mengeluarkan sesuatu seperti pati. Setelah air agak mengering, tetelan diangkat. Kemudian baru dicetak.
Ia mengatakan, dalam satu panci berukuran sedang, semut rangrang yang dibutuhkan sekitar satu genggam tangan. Saat matang, semut rangrang sudah hancur dan tidak terlihat pada makanan tetelan karangan.
"Semut rangrang ini agar karangan empuk. Semut dicampur blimbing wuluh untuk menghilangkan amis air laut. Jadi tidak ada rasa semutnya. Kalau tekstur tetelannya seperti jenang dodol, kenyal," jelasnya.
Widi mengatakan, rasa tetelan karangan gurih dan teksturnya kenyal. Biasanya makanan ini cocok dimakan dengan nasi hangat dan sambal bawang.
Ia menerangkan, ada beberapa jenis karangan yang bisa digunakan untuk membuat tetelan. Jenis karangan di pantai Paranggupito berdasarkan habitatnya dari pinggir laut ke tengah adalah grendel (ranten), kinjeng, agar merah dan agar hijau.
"Yang paling umum digunakan kinjeng. Sebab kinjeng memiliki tekstur yang lebih kenyal dan rasanya lebih gurih," jelas Widi.
Meski mudah memasak, kata Widi, karangan baru bisa dipanen saat kemarau atau air susut. Sebab untuk mengambil karangan harus menyeberang pantai dan menuruni tebing curam. Sangat berisiko jika mengambil karangan saat air pasang.
Selama ini, ia mencari karangan tidak jauh dari muara sumber air Banyutowo Paranggupito. Tepatnya di kawasan Watu Miring Ngeblakan.
Widi menjual tetelan karangan dengan harga Rp 3.000 per biji. Selain itu, mereka juga menjual karangan dalam bentuk mentah basah dengan harga Rp 4.000 per plastik. Sedangkan untuk karangan kering sebesar Rp 2.000 per kilogram.
"Kami sering menerima pesanan tetelan karangan, mentah maupun matang. Tetelan karangan matang bisa bertahan beberapa hari di kulkas," kata Widi.
Widi menambahkan, kuliner unik ini tidak dijual di warung-warung. Tetapi dijual di rumah-rumah warga di sekitar pantai yang membuat.
"Ya adanya di Paranggupito saja. Yang buat itu jarang. Karena lama dan cari semutnya susah. Selain itu cari rumput lautnya tidak semua orang berani, karena melawan ombak," kata Widi.